Sistem Pendidikan di Negeri Ini
By:
Deny Wiyono
Irwan Saputra L.T
Depok, 18
November 2013
Narasumber :
DR.
Arif Rahman S.T. M.T
Jika kita berbicara soal mutu Pendidikan di Indonesia,
mungkin kebanyakan yang terlintas di benak masyarakat Indonesia adalah Rendah,
kurang bermutu, monoton dan masih banyak lagi anggapan yang negatif tentang
mutu pendidikan di Indonesia. Memang sebagian besar pernyataan diatas benar
adanya.
Lalu bagaimana sebenarnya sistem
pendidikan di Indonesia yang di anggap kurang baik itu?
Menurut Bapak DR.
Arif Rahman S.T. M.T, “ sistem pendidikan di Indonesia itu, smapai sekarang
masih menggunakan cara belajar yang selalu menghafal, cara duduk yang selalu
berbaris, baju-baju yag selalu di seragamkan dari SD sampai SMA bahkan sekarang
perguruan tinggi pun mulai ada yang menerapkannya.” Ya memang kita lebih
menekankan pada kemampuan memorize yang sebenarnya menurut ilmu psikologi
sendiri memori otak kita itu terbatas. Coba saja, apa sekarang sekarang kita
lancar berbahasa inggris? Jawabannya tidak semua. Padahal itu kita pelajari
dari SD sampai SMA. Bayangkan 12 tahun kita belajar tapi tidak bisa lancar
dalam berbahasa inggris. Mengapa demikian. Kembali lagi pada pernyataan di
atas, itu karena kita hanya menerapkan metode hafalan bukan mempelajari esensi
dari pelajaran tersebut. Jika kita bercermin pada negara-negara maju, mereka
lebih menerapkan kreatifitas dari pada hafalan dalam sistem pendidikannya.
Sehingga murid-murid lebih bisa mengekspor kemampuannya masing-masing. Dan pada
akhirnya melahirkan lulusan-lulusan yang handal di bidangnya masing-masing.
Karena kreativitas itu tanpa batas dan akan selalu baru.
Bagaimana dengan
orang- orang di Indonesia yang terkesan lebih memilih bekerja dari pada
sekolah?
Sebenarnya
pernyataan ini kurang tepat, jika kita lihat saja bangsa asia itu bahkan lebih
prgmatis dalam pendidikan, mereka merasa tak cukup dengan ijazah SMA saja.
Diluar negeri pun kebanyakan perguruan tingginya di isi oleh orang asia. Mengapa
demikian? Karena di luar negeri sana (khususnya Amerika) lebih memilih bekerja
dibandingkan kuliah. Karena di SMA nya sendiri mereka sudah mempunyai keahlian
di bidang masing-masing dari efek sistem pendidikan yang lebih mengutamakan
kreativitas itu tadi. Dan lulusan S1 di Indonesia sendiri setara dengan lulusan
SMA disana. Dampaknya persaingan lulusan S1 kita di luar negeri itu kurang.
Apa ada hubungannya dengan tenaga
pengajar?
Ada namun tidak semuanya karena faktor tenaga
pengajar,melainkan gaya dan metode belajar yang diberikan kurang tepat. Metode
belajar yang salah inilah yang banyak sekali membuat para pelajar dari SD
sampai Perguruan Tinggi sekalipun tidak memiliki gairah dan semangat belajar
yang tinggi,ogah-ogahan,belajar hanya mampu dalam waktu yang singkat dan tidak
maksimal. Ketika menjelang ulangan,banyak sekali pengajar yang mengajarkan
banyak konsep belajar yang ujung-ujungnya membuat murid-murid malah menghapal
bahan ujiannya dan karena tidak bisa menghapal semua bahan ujiannya,mereka jadi
mencontek. Dan sistem seperti ini sudah seperti benang merah yang tidak bisa
diputus.
Sistem pendidikan di Indonesia seharusnya?
Harus
ada reformasi pendidikan agar kualitasnya membaik. Diantaranya ya itu, lebih mengutamakan
kreatifitas dibanding metode menghafal. Lebih memperhatikan proses dari pada
hasil (UN). Dan sekarang sudah ada ekskul yang menampung bakat para siswa, itu
lumayan bagus sebagai sarana untuk menyalurkan kreativitas walaupun dalam skala
kecil.
“Maka daripada itu,kami,Para pelajar di negeri ini
butuh bantuan, dukungan, dan kesempatan untuk berkembang menjadi lebih
baik.”