Kamis, 30 Juni 2016

STUDI EKSKURSI

Dongdaemun Design Plaza


Dongdaemun Design Plaza (DDP) terletak di kawasan Dongdaemun District, Seoul, Korea Selatan. DDP dibangun berdasarkan rencana Pemerintah Kota Seoul untuk mentransformasi kawasan Dongdaemun dengan merobohkan stadion olahraga pada 2008 dengan tujuan membuat landmark khusus yang didedikasikan untuk desain.

Dongdaemun Design Plaza didesain oleh Zaha Hadid arsitek kelahiran Baghdad, Irak. Luas Kawasannya mencapai 38.000 meter persegi dengan fasad alumunium.

Diresmikan pada hari Jumat, Dongdaemun Desain Plaza (DDP) berfungsi sebagai tempat untuk seni, desain dan teknologi, ditambah taman-taman yang berfungsi sebagai oasis hijau sangat dibutuhkan, dan plaza publik yang menghubungkan keduanya.

Bangunan ini memiliki fasad rupawan terdiri dari 45.000 panel aluminium berbagai ukuran dan lekukan. Hal ini dicapai dengan menggunakan jasa konstruksi digital 3-dimensi yang canggih, menjadikan DDP sebagai bangunan publik pertama di Korea yang memanfaatkan teknologi.

Dijelaskan oleh para desainer sebagai "bidang pixilation dan perforasi pola", fasad backlit yang berbintik-bintik dengan perforasi menit yang memungkinkan bangunan untuk mengubah dari entitas yang solid menjadi pertunjukan animasi cahaya dimalam hari.

"Desain mengintegrasikan taman dan plaza menjadi satu, menghapuskan batas antara arsitektur dan alam dan landscape yang mengalir " kata Zaha Hadid dalam sebuah pernyataan.

Kompleks ini terdiri dari delapan lantai, empat lantai di atas permukaan tanah dan empat lainnya di bawah plaza. Fasilitas DDp terdiri dari  galeri pameran, konvensi dan ruang seminar, sebuah museum desain, dan perpustakaan dan pusat pendidikan.

Void langsung mengekspos  taman menawarkan penglihatan ke dalam ruang bawah, dan juga memungkinkan cahaya masuk pada siang hari.


Dongdaemun Desain Plaza (DDP)
DDP telah dirancang sebagai pusat budaya di pusat Dongdaemun, sebuah distrik bersejarah Seoul yang sekarang terkenal dengan wisata belanja 24 jam dan kafe. DDP adalah tempat bagi orang-orang dari segala usia; pertukaran ide dan teknologi baru dan media untuk dieksplorasi. Berbagai ruang publik dalam DDP termasuk Exhibition Halls, Konvensi Halls, Museum Desain, Perpustakaan, Lab dan Arsip, Pusat Pendidikan Anak, Media Centre, Ruang Seminar dan Sky Lounge; memungkinkan DDP untuk menyajikan keragaman terluas pameran dan acara yang memberi pengaruh besar pada vitalitas budaya kota.

DDP adalah sebuah landscapep arsitektur yang berkisar pada tembok kota kuno dan artefak budaya ditemukan selama penggalian arkeologi sebelum konstruksi DDP dimulai. Fitur-fitur bersejarah membentuk elemen pusat dari komposisi DDP ini; menghubungkan taman, plaza dan kota bersama-sama.

Desainnya merupakan hasil yang sangat spesifik tentang bagaimana konteks, budaya lokal, persyaratan program dan teknik yang inovatif datang bersama-sama - memungkinkan arsitektur, kota dan landscape untuk menggabungkan baik dalam bentuk dan pengalaman spasial - menciptakan ruang publik baru untuk kota.

DDP Park adalah tempat untuk bersantai, relaksasi dan sebuah oase hijau baru dalam lingkungan perkotaan yang sibuk sepertinDongdaemun. Void di permukaan taman membuat pengunjung dapat melihat sekilas ke dalam desain inovatif yang ada dibawahnya.

Taman dengan luas 30.000 m2 merupaan konsep tata ruang dari desain tradisional Taman Korea: layering, horizontalitas, mengaburkan hubungan antara interior dan eksterior. Pendekatan ini lebih lanjut diinformasikan oleh tradisi lukisan lokal bersejarah yang menggambarkan visi grand aspek yang alam yang selalu berubah.

DDP mendorong banyak kontribusi dan inovasi untuk yang menguntungkan satu sama lain; melibatkan masyarakat dan memungkinkan bakat dan ide-ide untuk berkembang. Dalam kombinasi dengan program budaya masyarakat yang menarik di kota ini, DDP adalah investasi dalam pendidikan dan inspirasi untuk generasi mendatang.

Desain dan konstruksi DDP ini menetapkan banyak inovasi baru. DDP adalah proyek publik pertama di Korea yang menggunakan jasa konstruksi canggih 3-dimensi digital yang menjamin kualitas tertinggi dan biaya kontrol. Ini termasuk 3-dimensi Building Information Modelling (BIM) untuk manajemen konstruksi dan koordinasi teknik, memungkinkan proses desain untuk beradaptasi dengan klien singkat berkembang dan mengintegrasikan semua persyaratan rekayasa.

Inovasi ini telah memungkinkan DDP membangun tim untuk mengontrol konstruksi dengan presisi yang jauh lebih besar dari pada proses konvensional dan meningkatkan efisiensi. Menerapkan teknologi konstruksi seperti membuat DDP salah satu yang paling inovatif dan teknologi konstruksi canggih Korea sampai saat ini.

DDP terbuka untuk umum pada 21 Maret 2014 dengan menampilkan Korea Fashion Week. DDP juga akan menjadi tuan rumah lima pameran desain dan seni tersendiri menampilkan karya-karya desainer modern serta koleksi berharga dari seni tradisional Korea dari Art Museum gansong.

SITE PLAN
BLOK PLAN
DENAH BASEMENT



DENAH PER LANTAI



POTONGAN A, B, C

POTONGAN D,E,F


POTONGAN G,H,I

ELEVASI BARAT DAN TIMUR



Referensi :



Senin, 01 Februari 2016

HUKUM DAN PRANATA PEMBANGUNAN (IV)

A.   PENYEBAB KEGAGALAN PROYEK KONSTRUKSI SECARA GARIS BESAR

Bagi sebagian besar yang sudah berkecimpung dalam dunia kerja, istilah proyek bukanlah sesuatu hal yang baru walaupun pada kenyataannya memang masih banyak orang yang tidak paham apa yang dimaksud dengan proyek dan apa elemen – elemen dalam suatu proyek.

Dari salah satu literatur tentang Manajemen Proyek dapat diartikan bahwa Proyek adalah suatu kegiatan yang sifatnya unik yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya, baik berupa manusia, material, biaya ataupun alat, sehingga hal ini membutuhkan suatu manajemen proyek mulai dari fase awal hingga fase penyelesaian proyek. Semakin tinggi tingkat kompleksitas proyek dan semakin langkanya sumber daya, maka dibutuhkan sistem pengelolaan proyek yang baik dan terintegrasi. Suksesnya manajemen proyek ditentukan dari pencapaian sasaran proyek yang sesuai waktu, sesuai anggaran, pemakaian sumber daya yang efektif dan memuaskan pengguna jasa.

Perencanaan maupun pengendalian waktu dan biaya merupakan bagian dari manajemen proyek secara keseluruhan. Kesuksesan proyek dapat diukur dari pencapaian sasaran proyek yaitu tercapainya  kualitas pekerjaan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, proyek dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan, masih dalam batas anggaran yang disediakan, bahkan kalau bisa dibawah anggaran yang ada.

Waktu yang digunakan dan biaya yang telah dikeluarkan dalam menyelesaikan proyek harus diukur secara kontinyu penyimpangannya terhadap rencana. Adanya penyimpangan waktu dan biaya yang signifikan mengindikasikan pengelolaan proyek yang buruk. Keterlambatan jadwal dan cost overrun dalam proyek menjadi perhatian utama bagi pemilik proyek maupun kontraktor.

Keterlambatan penyelesaian proyek biasanya selalu berdampak pada biaya, sedangkan biaya selalu terkait dengan tingkat suku bunga dan laju inflasi yang selalu berubah setiap waktu sehingga keterlambatan proyek dapat menjadi faktor kritis dan menjadi kontribusi utama terhadap terjadinya pembengkakan biaya proyek. Dampak lain dari keterlambatan proyek adalah timbulnya masalah besar bagi semua tim proyek yang terlibat baik itu owner ataupun kontraktor. Tim proyek owner akan dianggap gagal dalam mengelola proyek dan jadwal untuk pengoperasian akan terlambat, tentunya akan berdampak pada sales value. Sedangkan kontraktor akan terkena denda penalti sesuai dengan kontrak, cash in yang akan bermasalah karena tidak bisa mengajukan invoice progress pekerjaan dan tentunya pihak lain juga akan mengalami dampak negatif seperti subkontraktor, vendor material yang terlibat dalam proyek.

Masalah keterlambatan pencapaian suatu proyek menjadi fenomena yang umum diseluruh dunia, hampir 60 – 70% proyek konstruksi mengalami keterlambatan. Menurut laporan dari Standish Group dan beberapa perusahaan konsultan bahwa : 15% proyek gagal ditengah jalan. Dari 51% proyek yang mengalami masalah waktu dan biaya, rata rata 43% mengalami cost overrun. Hasil studi yang dilakukan oleh CH2MHILL membuktikan bahwa tingginya risiko pada proyek dapat menyebabkan tutup beberapa perusahaan EPC di USA. Hasil studi yang disampaikan pada World Coal Gasification Conference EPC Company tanggal 12 April 2007, memaparkan di Amerika Serikat pada tahun 1967 terdapat 38 perusahaan yang bergerak dibidang Engineering Procurement Construction (EPC) dan pembangkit, sedangkan pada tahun 2007 hanya tinggal 18 perusahaan saja. Tutup atau konsolidasinya banyak perusahaan EPC di USA sebagian besar karena kegagalan mengendalikan proyek.

Mengapa proyek cenderung gagal? Hal ini menjadi pertanyaan yang sangat penting bagi semua pihak yang terlibat dalam suatu proyek. Gagalnya proyek dipengaruhi oleh banyak faktor, dari hasil studi literatur dan pengalaman selama bekerja dibidang konstruksi, ditemukan beberapa elemen - elemen penting dari suatu proyek yang jika tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan gagalnya proyek. Adapun elemen – elemen yang penting tersebut antara lain  :

1.      MINIMNYA DUKUNGAN DARI SPONSOR PROYEK
Jika semua pihak yang terlibat dalam suatu proyek baik pihak investor maupun pihak eksekutor tidak mendukung secara penuh pelaksanaan proyek maka dapat dipastikan proyek akan bermasalah, bahkan tidak jarang juga proyek berhenti ditengah jalan. Minimnya dukungan dari sponsor proyek akan menjadi sumber masalah dalam penyelesaian proyek, oleh karena itu harus dipastikan bahwa semua tim proyek harus mempunyai komitmen yang kuat untuk mendukung kesuksesan proyek.

2.      PERSYARATAN YANG TIDAK JELAS
Pemahaman sebagain besar tim proyek yang cenderung menganggap “remeh” pekerjaan akan menjadi bumerang sendiri pada saat berjalannya proyek. Seorang Manajer Proyek harus bisa menunjukkan kepada semua tim proyek hal yang sifatnya meragukan, kemungkinan kemungkinan terburuk dalam proyek dan berusaha keras untuk mendapatkan pemahaman persyaratan yang jelas dalam menyelesaikan proyek.

3.      WAKTU DAN ANGGARAN YANG TIDAK REALISTIS
Biasanya investor maupun tim proyek sering berpikir dengan istilah “tidak mungkin” pada suatu proyek. Setiap yang terlibat dalam proyek harus dapat memahami kalau setiap proyek memiliki durasi tertentu sesuai dengan anggaran dan sasaran/target proyek yang diharapkan. Pemahaman yang benar terhadap ruang lingkup pekerjaan proyek sangat berdampak dalam menentukan “durasi/waktu dan anggaran yang realistis”. Semakin paham ruang lingkup pekerjaan maka menentukan waktu dan anggaran proyek akan semakin realistis sehingga tingkat keberhasilan proyek akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya semakin tidak paham ruang lingkup pekerjaan maka menentukan waktu dan anggaran semakin tidak realistis sehingga tingkat kegagalan proyek juga akan semakin tinggi. Henry Ford mempunyai istilah : “lebih baik, lebih cepat, lebih murah”. Dalam pelaksanaan proyek kita harus memilih salah satu diantara ketiganya.Lebih baik akan cenderung butuh waktu yang lama dan anggaran yang besar, Lebih Cepat akan cenderung butuh waktu cepat tetapi anggaran yang cenderung besar dan Lebih murah biasanya lebih cenderung waktu yang cepat dan anggaran yang rendah. Semakin realistis menentukan waktu dan anggaran sesuai dengan sasaran proyek yang diharapkan, maka tingkat keberhasilan proyek semakin tinggi dan juga sebaliknya.

4.      PRODUKTIFITAS YANG RENDAH
Hal ini menggambarkan fenomena yang sering terjadi dalam proyek, produktifitas kerja cenderung menurun bahkan hasil akhir pekerjaan berbeda dengan rencana semula. Proses pendokumentasian, mekanisma pengontrolan yang jelas sangatlah penting untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mempertahankan supaya produktifitas kerja tidak sampai menurun.

5.      MINIMNYA PEMAHAMAN TERHADAP MANAJEMEN RISIKO
Tingkat kompleksitasnya tiap tahapan proyek tidaklah sama, oleh karena itu semua tim proyek harus memahami setiap tahapan pekerjaan. Kemampuan untuk memahami dan mengindentifikasi potensi masalah yang akan terjadi pada tiap tahapan proyek cenderung berdampak pada hasil akhir proyek. Selain mengidentifikasi potensi risiko, maka tahapan yang sangat penting adalah bagaimana mengelola risiko yang akan muncul. Minimnya pemahaman tim proyek terhadap manajemen risiko akan berdampak buruk pada hasil akhir proyek, sehingga diharapkan setiap tim proyek diarahkan untuk sama – sama memiliki pemahaman yang bagus tentang manajemen risiko.

6.      PROSEDUR DAN DOKUMENTASI YANG TIDAK BAIK
Prosedur dan dokumentasi menjadi hal yang mutlak dalam setiap proses pekerjaan proyek. Prosedur menjadi panduan dasar bagi semua tim proyek dan dokumentasi menjadi bagian atau komponen dalam mengontrol pekerjaan. Ketidakdisiplinan tim proyek dalam mengikuti prosedur yang sudah ditentukan dan dokumentasi yang tidak baik akan berdampak buruk pada hasil akhir proyek. Diharapkan semua tim yang terlibat dalam proyek harus memahami semua prosedur yang berlaku dan melakukan dokumentasi yang baik pada setiap tahapan pekerjaan.

7.      METODE ESTIMASI YANG TIDAK BAIK
Metode estimasi komponen – komponen pekerjaan sangat mempengaruhi hasil akhir proyek. Seorang Manajer Proyek sangat tidak diharapkan menggunakan estimasi dengan metode “praduga, perkiraan” tanpa menggunakan acuan/referensi yang pasti. Dalam melakukan estimasi bisa menggunakan beberapa metode antara lain : Informasi pada proyek sebelumnya yang bisa dipergunakan sebagai pembelajaran (lesson learn), melakukan studi terlebih dahulu atau melibatkan personil yang lebih memahami pekerjaan.

8.      KEMAMPUAN DALAM BERKOMUNIKASI
Tim proyek memiliki karakter yang berbeda satu sama lainya, sehingga diperlukan suatu standar komunikasi yang baik dalam mengkomunikasikan pekerjaan yang biasanya dituangkan dalam “communication procedure”. Komunikasi dengan semua tim yang terlibat dalam proyek adalah faktor yang sangat penting dalam mencapai sasaran proyek. Diperlukan etika dalam berkomunikasi, biasanya etika dalam berkomunikasi dipengaruhi banyak faktor antara lain : latar belakang pendidikan, latar belakang suku, latar belakang pengalaman kerja, tanggung jawab, dll. Untuk menciptakan komunikasi yang baik sesama tim, diharapkan semua tim memahami beberapa hal antara lain : memahami “communication procedure”, memahami otoritas setiap tim, memahami pemikiran/pendapat orang lain. Komunikasi yang buruk juga akan berdampak buruk pada hasil pekerjaan dan banyak proyek mengalami kegagalan karena komunikasi sesama tim proyek tidak berjalan dengan baik.

9.      TIDAK BELAJAR DARI PROYEK SEBELUMNYA (LESSON LEARN)
Sebuah perusahaan yang bagus harus bisa menjelaskan secara transparan target proyek yang akan dicapai dan keuntungan apa yang akan diberikan kepada tim proyek. Setiap tim proyek harus memandang proyek sebagai bisnis yang menguntungkan, harus belajar dari kegagalan proyek sebelumnya, secara terus menerus memonitor perkembangan teknologi dunia proyek dan selalu memberikan masukan yang positif selama proyek berjalan.

10.  SUMBER DAYA PROYEK YANG TIDAK EFISIEN
Persiapan sumber daya yang tidak kompeten dalam menyelesaikan pekerjaan akan menjadi masalah besar dibanding dengan tidak mempunyai sumber daya sama sekali. Untuk mendapatkan sumber daya yang bagus, pastikan terlebih dahulu syarat - syarat sumber daya yang dibutuhkan proyek  dan berusaha mendapatkan sumber daya setiap komponen sumber daya yang paling efisien.

B.   KETERGANTUNGAN PENGARUS BIAYA, MUTU DAN WAKTU

PENGELOLAAN / MANAJEMEN BIAYA
Pengelolaan biaya meliputi segala kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan dan pemakaian dana proyek, mulai dari proses memperkirakan jumlah keperluan dana, mencari dan memilih sumber dan macam pembiayaan, perencanaan serta pengendalian alokasi pemakaian biaya sampai pada akuntansi dan administrasi pinjaman/ keuangan.



Perencanaan Sumber Daya Proyek
Perencanaan sumber daya meliputi penidentifikasian jenis dan kuantitas sumber daya (manpower, peralatan, dan material) yang diperlukan guna melaksanakan pekerjaan sesuai dan lingkup proyek, Output dari proses ini ialah catatan atau daftar jenis sumber daya yang diperlukan serta kuantitas masing-masing komponennya.

Perkiraan Biaya Proyek
Kuantitas dan jenis sumber daya diidentifikasi dengan estimasi keperluan biaya guna pengadaan sumber daya bersangkutan yang dinyatakan dalam satuan uang, misalnya rupiah. Mengadakan perkiraan biaya termasuk mengkaji atau menjadi alternative terbaik dari segi biaya. Output dari proses ini adalah dokumen yang berisi perkiraan biaya proyek beserta penjelasan yang diperlukan.

Penyusunan Anggaran Proyek
Penyusunan Anggaran berarti merinci alokasi biaya untuk masing-masing kegiatan, yang diintegrasikan dengan jadwal penggunaannya. Anggaran ini nantinya akan menjadi tolak ukur pengendalian kinerja kegiatan yang bersangkutan. Output dari proses ini adalah dokumen anggaran biaya proyek serta rencana penarikannya.

Pengendalian Biaya Proyek
Proses pengendalian termasuk memantau dan mencatat apakah biaya telah sesuai demgan perencanaan. Bila tidak sesuai, dicari sebabnya dan dievaluasi dampak yang mungkin terjadi serta diadakan koreksi. Output dari proses ini adalah change order dan revisi anggaran.

Teknik dan Metode :
Dikenal banyak teknik dan metode pengelolaan biaya, diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :
·         Mengkaji catatan masa lalu ( data historis )
·         Menggunakan data bank, katalog dan indeks harga
·         Metode parametris, metode lang, dan rumus Hirsch & Glazier
·         Quantity take-off dan harga satuan
·         Varian dan metode earned value
·         Cost & schedule control system criteria
·         Rekayasa nilai

PENGELOLAAN WAKTU & JADWAL
Waktu / jadwal merupakan salah satu sasaran utama proyek. Keterlambatan akan mengakibatkan berbagai bentuk kerugian, misalnya penambahan biaya, kehilangan kesempatan produk memasuki pasaran, dll. Pengelolaan waktu mempunyai tujuan utama agar proyek diselesaikan sesuai atau lebih cepat dari rencana dengan memperhatikan batasan biaya, mutu dan lingkup proyek.



Identifikasi Kegiatan Proyek
Proses pengelolaan waktu diawali dengan mengidentifikasikan kegiatan proyek agar komponen lingkup proyek WBS atau deliverables yang telat ditentukan dapat terlaksana sesuai dengan jadwal. Output dari proses ini ialah daftar kegiatan dan WBS.

Penyusunan Urutan Kegiatan Proyek
Setelah diuraikan menjadi komponen-komponennya, lingkup proyek disusun kembali menjadi urutan kegiatan sesuai dengan logika ketergantungan. Output dari proses ini ialah jaringan kerja proyek.

Perkiraan Waktu Proyek
Setelah terbentuk jaringan kerja masing-masing komponen kegiatan diberikan diberikan perkiraan kurun waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan yang bersangkutan. Output proses ini adalah jaringan kerja yang telah memiliki kurun waktu dan perkiraan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut.

Penyusunan Jadwal Proyek
Jaringan kerja yang masing-masing komponen kegiatannya telah diberi kurun waktu kemudian secara keseluruhan dianalisis dan dihitung kurun waktu penyelesaian proyek dan milestone yang merupakan titik penting dari sudut jadwal proyek. Output dari proses ini adalah jadwal induk, milestone dan jadwal untuk pelaksanaan pekerjaan dilapangan.

Pengendalian Waktu dan Jadwal Proyek
Pengendalian waktu meliputi kegiatan yang berkaitan dengan pemantauan dan pengkoreksian agar “progress” pekerjaan proyek sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Output dari proses ini adalah revisi jadwal induk, milestone dan jadwal pekerjaan lapangaTeknik dan Metode

Teknik dan metode yang berkaitan dengan pengelolaan waktu atau jadwal adalah sebagai berikut :
·         Bagan balok dan jaringan kerja ( CPM, PERT, PDM ) untuk menyusun jadwal dan menganalisis waktu penyelesaian proyek.
·         Data bank dan historical record untuk memperkirakan kurun waktu komponen kegiatan.
·         Resource leveling untuk meratakan penggunaan sumber daya.
·         Cost and Schedule trade off untuk mencario jadwal yang ekonomis.
·         Simulasi, misalnya analisis Monte Carlo.
·         Fast Tracking.
Salah satu teknik spesifik untuk pengendalian waktu proyek adalah mengelola Float atau Slack pada jaringan kerja, serta konsep cadangan waktu (time reserved) yang diperkenalkan oleh D. H. Bush (1991)



MANAJEMEN / PENGELOLAAN MUTU
Pengelolaan mutu meliputi kegiatan-kegiatan yang diperlukan agar hasil proyek memenuhu persyaratan, kriteria dan spesifikasi yang telah ditentukan. Agar suatu produk atau sevis hasil proyek memenuhi syarat penggunaan, diperlukan suatu proses yang panjang dan kompleks, mulai dari mengkaji syarat yang dikehendaki oleh pemilik proyek atau pemesan produk, menyusun program mutu dan akhirnya merencanakan dan mengendalikan aspek mutu pada tahap implementasi atau produksi.





C.    MANAJEMEN KONSTRUKSI DAN PERMASALAHANNYA

Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Sehingga pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan atau infrastruktur. Bangunan ini pada umumnya mencakup pekerjaan pokok yang termasuk di dalamnya bidang teknik sipil dan arsitektur, juga tidak jarang melibatkan disiplin lain seperti teknik industri, teknik mesin, elektro dan sebagainya.
Manajemen proyek konstruksi adalah proses penerapan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan penerapan) secara sistimatis pada suatu proyek dengan menggunkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal.
Manajemen Konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu. manajemen material dan manjemen tenaga kerja yang akan lebih ditekankan. Hal itu dikarenakan manajemen perencanaan berperan hanya 20% dan sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan waktu proyek.
Manajemen konstruksi memiliki beberapa fungsi antara lain :
1.      Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
2.      Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan yang tidak pasti dan mengatasi kendala terbatasnya waktupelaksanaan
3.      Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan dengan opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan
4.      Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah yang terjadi di lapangan
5.      Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baikuntuk menganalisis performa dilapangan

Tujuan Manajemen Konstruksi

Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan (spesification) untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu ( Quality Control ) , pengawasan biaya ( Cost Control ) dan pengawasan waktu pelaksanaan ( Time Control ).
Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan, namun dapat juga pada tahap - tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK dapat diterapkan pada tahap - tahap proyek sebagai berikut
1.      Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek dengan sistem MK, disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan - masukan dan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek.
2.      Tim MK sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak ('feasible ") mulai dari tahap disain.
3.      Tim MK akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan disain sampai proyek selesai, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan setelah tahap disain
4.      MK berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan dengan menekankan pemisahan kontrak - kontrak pelaksanaan untuk kontraktor.

Peranan Manajemen Konstruksi 

Peranan MK pada tahapan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi :

1.      Agency Construction Manajement (ACM)
Pada sistim ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak pemilik dan berfungsi sebagai koordinator "penghubung" (interface) antara perancangan dan pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan MK dapat mulai dilibatkan mulai dari fase perencanaan tetapi tidak menjamin waktu penyelesaian proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak pemilik mengadakan ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan.
2.      Extended Service Construction Manajemen (ESCM)
Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan terjadi "konflik-kepentingan" karena peninjauan terhadap proses perancangan tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini akan menjadi suatu kelemahan pada sistim ini Pada type yang lain kemungkinan melakukan jasa Manajemen Konstruksi berdasarkan permintaan Pemilik ESCM/ KONTRAKTOR.
3.      Owner Construction Management (OCM)Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi profesional yang bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang dilaksanakan
4.      Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM)
Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil pemilik. Disini konsultan GMPCM tidak melakukan pekerjaan konstruksi tetapi bertanggungjawab kepada pemilik mengenai waktu, biaya dan mutu. Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini bertindak sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).


D.   CONTOH KEGAGALAN KONSTRUKSI

Harbour Cay Condominium (March 27, 1981)
Harbour Cay Condominium adalah bangunan struktur beton bertulang bertingkat rendah (lima lantai) yang runtuh akibat kesalahan design dan konstruksi. Bangunan ini runtuh akibat kegagalan punch shear. Kegagalan plat pada suatu kolom mengawali keruntuhan keseluruhan lantai lima. Lalu lantai lima yang runtuh jatuh dan menjadi beban plat di bawahnya. Akibat kelebihan beban, lantai empat menjadi runtuh dan begitu seterusnya hingga terjadi keruntuhan total bangunan.
Gambar 7. Tampak Gedung Harbour Cay Condominium
 Hasil investigasi yang dilakukan menunjukkan bahwa terjadi kesalahan design dimana:
§  syarat ketebalan plat adalah 11 inch dimana pada gedung tersebut didesain 8 inch.
§  Ditemui pula bahwa tulangan terlalu rapat
§  Tidak ada perhitungan mengenai kapasitas punching shear atau geser balok
§  Tidak dilakukan pengecekan peraturan untuk spasi penulangan kolom
§  Perhitungan menggunakan mutu tulangan U40 namun di gambar menggunakan U60.
§  Tidak dilakukan perhitungan actual ketebalan actual pelat berdasarkan penulangan yang terjadi
§  Penulangan kolom yang terlalu padat sehingga menyulitkan beton untuk mengisi keseluruhan elemen kolom sehingga mengurangi gaya lekat tulangan dan beton

Gambar 8. Keruntuhan Gedung Harbour Cay Condominium
Dari sisi konstruksi juga terdapat kesalahan sebagai berikut:
§  Dari sisi konstruksi didapati pula bahwa kaki ayam untuk menopang tulangan atas terlalu pendek sehingga mengurangi ketebalan efektif pelat lantai yang akhirnya akan mengurangi kapasitas geser “punch”.
§  Banyak tulangan bawah plat yang tidak terpasang melewati kolom.
§  Beberapa tulangan vertical telah dibengkokkan selama proses fabrikasi
§  Kualitas beton yang tidak konsisten yang sulit untuk dilakukan pengecoran yang baik

Gambar 9.
Penulangan yang Menyebabkan Ketebalan Efektif Pelat Berkurang Lesson Learn atas keruntuhan struktur bangunan ini adalah:
§  Harus dilakukan pengecekan kapasitas “punch shear” sesuai ketebalan actual yang akan terjadi di lapangan untuk design flat slab
§  Ketebalan minimum plat harus dicek terhadap defleksi dan persyaratan minimum
§  Tulangan pelat harus masuk ke dalam kolom melewati batas tepinya untuk menghindari keruntuhan menerus.
§  Design bekisting dan pembongkaran bekisting yang harus memadai
§  Pekerjaan harus distop secara keseluruhan apabila terjadi tanda-tanda keruntuhan awal.
§  Benda uji test menggunakan field-cured test cylinder (benda uji yang dirawat di lapangan)

E.     KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa kesalahan konstruksi banyak terjadi pada proses pelaksanaan, namun itu juga diakaibatkan oleh proses perencanaan yang kurang matang.

SUMBER :