A.
PENYEBAB KEGAGALAN PROYEK KONSTRUKSI
SECARA GARIS BESAR
Bagi sebagian besar yang sudah berkecimpung dalam dunia
kerja, istilah proyek bukanlah sesuatu hal yang baru walaupun pada kenyataannya
memang masih banyak orang yang tidak paham apa yang dimaksud dengan proyek dan
apa elemen – elemen dalam suatu proyek.
Dari salah satu literatur tentang Manajemen Proyek dapat diartikan
bahwa Proyek adalah suatu kegiatan
yang sifatnya unik yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya, baik berupa
manusia, material, biaya ataupun alat, sehingga hal ini membutuhkan
suatu manajemen proyek mulai dari fase awal hingga fase penyelesaian proyek.
Semakin tinggi tingkat kompleksitas proyek dan semakin langkanya sumber daya,
maka dibutuhkan sistem pengelolaan proyek yang baik dan terintegrasi. Suksesnya
manajemen proyek ditentukan dari pencapaian sasaran proyek yang sesuai waktu,
sesuai anggaran, pemakaian sumber daya yang efektif dan memuaskan pengguna
jasa.
Perencanaan maupun pengendalian waktu dan biaya merupakan bagian
dari manajemen proyek secara keseluruhan. Kesuksesan proyek dapat diukur dari
pencapaian sasaran proyek yaitu tercapainya kualitas pekerjaan sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan, proyek dapat diselesaikan dalam waktu yang
telah ditetapkan, masih dalam batas anggaran yang disediakan, bahkan kalau bisa
dibawah anggaran yang ada.
Waktu yang digunakan dan biaya yang telah dikeluarkan
dalam menyelesaikan proyek harus diukur secara kontinyu penyimpangannya
terhadap rencana. Adanya penyimpangan waktu dan biaya yang signifikan
mengindikasikan pengelolaan proyek yang buruk. Keterlambatan jadwal dan cost
overrun dalam proyek menjadi perhatian utama bagi pemilik proyek
maupun kontraktor.
Keterlambatan penyelesaian proyek biasanya selalu
berdampak pada biaya, sedangkan biaya selalu terkait dengan tingkat suku bunga
dan laju inflasi yang selalu berubah setiap waktu sehingga keterlambatan proyek
dapat menjadi faktor kritis dan menjadi kontribusi utama terhadap terjadinya
pembengkakan biaya proyek. Dampak lain dari keterlambatan proyek adalah
timbulnya masalah besar bagi semua tim proyek yang terlibat baik itu owner ataupun
kontraktor. Tim proyek owner akan dianggap gagal dalam mengelola
proyek dan jadwal untuk pengoperasian akan terlambat, tentunya akan berdampak
pada sales value. Sedangkan kontraktor akan terkena denda penalti
sesuai dengan kontrak, cash in yang akan bermasalah karena
tidak bisa mengajukan invoice progress pekerjaan dan tentunya pihak
lain juga akan mengalami dampak negatif seperti subkontraktor, vendor material
yang terlibat dalam proyek.
Masalah keterlambatan pencapaian suatu proyek menjadi
fenomena yang umum diseluruh dunia, hampir 60 – 70% proyek konstruksi mengalami
keterlambatan. Menurut laporan dari Standish Group dan beberapa perusahaan konsultan
bahwa : 15% proyek gagal ditengah jalan. Dari 51% proyek yang mengalami masalah
waktu dan biaya, rata rata 43% mengalami cost overrun. Hasil studi
yang dilakukan oleh CH2MHILL membuktikan bahwa tingginya risiko pada proyek
dapat menyebabkan tutup beberapa perusahaan EPC di USA. Hasil studi yang
disampaikan pada World Coal Gasification Conference EPC Company tanggal 12
April 2007, memaparkan di Amerika Serikat pada tahun 1967 terdapat 38
perusahaan yang bergerak dibidang Engineering Procurement Construction (EPC)
dan pembangkit, sedangkan pada tahun 2007 hanya tinggal 18 perusahaan saja.
Tutup atau konsolidasinya banyak perusahaan EPC di USA sebagian besar karena
kegagalan mengendalikan proyek.
Mengapa proyek cenderung gagal? Hal ini menjadi pertanyaan yang sangat penting bagi semua
pihak yang terlibat dalam suatu proyek. Gagalnya proyek dipengaruhi oleh banyak
faktor, dari hasil studi literatur dan pengalaman selama bekerja dibidang
konstruksi, ditemukan beberapa elemen - elemen penting
dari suatu proyek yang jika tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan
gagalnya proyek. Adapun elemen – elemen yang
penting tersebut antara lain :
1.
MINIMNYA DUKUNGAN
DARI SPONSOR PROYEK
Jika semua pihak yang terlibat dalam suatu proyek baik pihak
investor maupun pihak eksekutor tidak mendukung secara penuh pelaksanaan proyek
maka dapat dipastikan proyek akan bermasalah, bahkan tidak jarang juga proyek
berhenti ditengah jalan. Minimnya dukungan dari sponsor proyek akan menjadi
sumber masalah dalam penyelesaian proyek, oleh karena itu harus dipastikan
bahwa semua tim proyek harus mempunyai komitmen yang kuat untuk mendukung
kesuksesan proyek.
2.
PERSYARATAN YANG
TIDAK JELAS
Pemahaman sebagain besar tim proyek yang cenderung menganggap
“remeh” pekerjaan akan menjadi bumerang sendiri pada saat berjalannya proyek.
Seorang Manajer Proyek harus bisa menunjukkan kepada semua tim proyek hal yang
sifatnya meragukan, kemungkinan kemungkinan terburuk dalam proyek dan berusaha
keras untuk mendapatkan pemahaman persyaratan yang jelas dalam menyelesaikan
proyek.
3.
WAKTU DAN ANGGARAN
YANG TIDAK REALISTIS
Biasanya investor maupun tim proyek sering berpikir dengan
istilah “tidak mungkin” pada suatu proyek. Setiap yang terlibat dalam proyek
harus dapat memahami kalau setiap proyek memiliki durasi tertentu sesuai dengan
anggaran dan sasaran/target proyek yang diharapkan. Pemahaman yang benar
terhadap ruang lingkup pekerjaan proyek sangat berdampak dalam menentukan
“durasi/waktu dan anggaran yang realistis”. Semakin paham ruang lingkup
pekerjaan maka menentukan waktu dan anggaran proyek akan semakin realistis
sehingga tingkat keberhasilan proyek akan semakin tinggi, begitu juga
sebaliknya semakin tidak paham ruang lingkup pekerjaan maka menentukan waktu
dan anggaran semakin tidak realistis sehingga tingkat kegagalan proyek juga
akan semakin tinggi. Henry Ford mempunyai istilah : “lebih baik,
lebih cepat, lebih murah”. Dalam pelaksanaan proyek kita harus memilih
salah satu diantara ketiganya.Lebih baik akan cenderung butuh waktu
yang lama dan anggaran yang besar, Lebih Cepat akan cenderung
butuh waktu cepat tetapi anggaran yang cenderung besar dan Lebih murah biasanya
lebih cenderung waktu yang cepat dan anggaran yang rendah. Semakin realistis
menentukan waktu dan anggaran sesuai dengan sasaran proyek yang diharapkan,
maka tingkat keberhasilan proyek semakin tinggi dan juga sebaliknya.
4.
PRODUKTIFITAS YANG
RENDAH
Hal ini menggambarkan fenomena yang sering terjadi dalam proyek,
produktifitas kerja cenderung menurun bahkan hasil akhir pekerjaan berbeda
dengan rencana semula. Proses pendokumentasian, mekanisma pengontrolan yang
jelas sangatlah penting untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mempertahankan
supaya produktifitas kerja tidak sampai menurun.
5.
MINIMNYA PEMAHAMAN
TERHADAP MANAJEMEN RISIKO
Tingkat kompleksitasnya tiap tahapan proyek tidaklah sama, oleh
karena itu semua tim proyek harus memahami setiap tahapan pekerjaan. Kemampuan
untuk memahami dan mengindentifikasi potensi masalah yang akan terjadi pada
tiap tahapan proyek cenderung berdampak pada hasil akhir proyek. Selain
mengidentifikasi potensi risiko, maka tahapan yang sangat penting adalah
bagaimana mengelola risiko yang akan muncul. Minimnya pemahaman tim proyek
terhadap manajemen risiko akan berdampak buruk pada hasil akhir proyek,
sehingga diharapkan setiap tim proyek diarahkan untuk sama – sama memiliki
pemahaman yang bagus tentang manajemen risiko.
6.
PROSEDUR DAN
DOKUMENTASI YANG TIDAK BAIK
Prosedur dan dokumentasi menjadi hal yang mutlak dalam setiap
proses pekerjaan proyek. Prosedur menjadi panduan dasar bagi semua tim proyek
dan dokumentasi menjadi bagian atau komponen dalam mengontrol pekerjaan.
Ketidakdisiplinan tim proyek dalam mengikuti prosedur yang sudah ditentukan dan
dokumentasi yang tidak baik akan berdampak buruk pada hasil akhir proyek.
Diharapkan semua tim yang terlibat dalam proyek harus memahami semua prosedur
yang berlaku dan melakukan dokumentasi yang baik pada setiap tahapan pekerjaan.
7.
METODE ESTIMASI
YANG TIDAK BAIK
Metode estimasi komponen – komponen pekerjaan sangat
mempengaruhi hasil akhir proyek. Seorang Manajer Proyek sangat tidak diharapkan
menggunakan estimasi dengan metode “praduga, perkiraan” tanpa menggunakan
acuan/referensi yang pasti. Dalam melakukan estimasi bisa menggunakan beberapa
metode antara lain : Informasi pada proyek sebelumnya yang bisa dipergunakan
sebagai pembelajaran (lesson learn), melakukan studi terlebih dahulu
atau melibatkan personil yang lebih memahami pekerjaan.
8.
KEMAMPUAN DALAM
BERKOMUNIKASI
Tim proyek memiliki karakter yang berbeda satu sama lainya,
sehingga diperlukan suatu standar komunikasi yang baik dalam mengkomunikasikan
pekerjaan yang biasanya dituangkan dalam “communication procedure”.
Komunikasi dengan semua tim yang terlibat dalam proyek adalah faktor yang
sangat penting dalam mencapai sasaran proyek. Diperlukan etika dalam
berkomunikasi, biasanya etika dalam berkomunikasi dipengaruhi banyak faktor
antara lain : latar belakang pendidikan, latar belakang suku, latar belakang
pengalaman kerja, tanggung jawab, dll. Untuk menciptakan komunikasi yang baik
sesama tim, diharapkan semua tim memahami beberapa hal antara lain : memahami “communication
procedure”, memahami otoritas setiap tim, memahami pemikiran/pendapat orang
lain. Komunikasi yang buruk juga akan berdampak buruk pada hasil pekerjaan dan
banyak proyek mengalami kegagalan karena komunikasi sesama tim proyek tidak
berjalan dengan baik.
9.
TIDAK BELAJAR DARI
PROYEK SEBELUMNYA (LESSON LEARN)
Sebuah perusahaan yang bagus harus bisa menjelaskan secara
transparan target proyek yang akan dicapai dan keuntungan apa yang akan
diberikan kepada tim proyek. Setiap tim proyek harus memandang proyek sebagai
bisnis yang menguntungkan, harus belajar dari kegagalan proyek sebelumnya,
secara terus menerus memonitor perkembangan teknologi dunia proyek dan selalu
memberikan masukan yang positif selama proyek berjalan.
10.
SUMBER DAYA PROYEK
YANG TIDAK EFISIEN
Persiapan sumber daya yang tidak kompeten dalam menyelesaikan
pekerjaan akan menjadi masalah besar dibanding dengan tidak mempunyai sumber
daya sama sekali. Untuk mendapatkan sumber daya yang bagus, pastikan terlebih
dahulu syarat - syarat sumber daya yang dibutuhkan proyek dan berusaha
mendapatkan sumber daya setiap komponen sumber daya yang paling efisien.
B. KETERGANTUNGAN
PENGARUS BIAYA, MUTU DAN WAKTU
PENGELOLAAN / MANAJEMEN BIAYA
Pengelolaan biaya meliputi segala kegiatan yang berkaitan
dengan pengadaan dan pemakaian dana proyek, mulai dari proses memperkirakan
jumlah keperluan dana, mencari dan memilih sumber dan macam pembiayaan,
perencanaan serta pengendalian alokasi pemakaian biaya sampai pada akuntansi
dan administrasi pinjaman/ keuangan.
Perencanaan Sumber Daya
Proyek
Perencanaan sumber daya meliputi penidentifikasian jenis dan
kuantitas sumber daya (manpower, peralatan, dan material) yang diperlukan guna
melaksanakan pekerjaan sesuai dan lingkup proyek, Output dari proses ini ialah
catatan atau daftar jenis sumber daya yang diperlukan serta kuantitas
masing-masing komponennya.
Perkiraan Biaya Proyek
Kuantitas dan jenis sumber daya diidentifikasi dengan
estimasi keperluan biaya guna pengadaan sumber daya bersangkutan yang
dinyatakan dalam satuan uang, misalnya rupiah. Mengadakan perkiraan biaya
termasuk mengkaji atau menjadi alternative terbaik dari segi biaya. Output dari
proses ini adalah dokumen yang berisi perkiraan biaya proyek beserta penjelasan
yang diperlukan.
Penyusunan Anggaran
Proyek
Penyusunan Anggaran berarti merinci alokasi biaya untuk
masing-masing kegiatan, yang diintegrasikan dengan jadwal penggunaannya. Anggaran
ini nantinya akan menjadi tolak ukur pengendalian kinerja kegiatan yang
bersangkutan. Output dari proses ini adalah dokumen anggaran biaya proyek serta
rencana penarikannya.
Pengendalian Biaya
Proyek
Proses pengendalian termasuk memantau dan mencatat apakah
biaya telah sesuai demgan perencanaan. Bila tidak sesuai, dicari sebabnya dan
dievaluasi dampak yang mungkin terjadi serta diadakan koreksi. Output dari
proses ini adalah change order dan revisi anggaran.
Teknik dan Metode :
Dikenal banyak teknik dan metode pengelolaan biaya,
diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :
·
Mengkaji
catatan masa lalu ( data historis )
·
Menggunakan
data bank, katalog dan indeks harga
·
Metode
parametris, metode lang, dan rumus Hirsch & Glazier
·
Quantity
take-off dan harga satuan
·
Varian
dan metode earned value
·
Cost
& schedule control system criteria
·
Rekayasa
nilai
PENGELOLAAN WAKTU & JADWAL
Waktu / jadwal merupakan salah satu sasaran utama proyek. Keterlambatan
akan mengakibatkan berbagai bentuk kerugian, misalnya penambahan biaya,
kehilangan kesempatan produk memasuki pasaran, dll. Pengelolaan waktu mempunyai
tujuan utama agar proyek diselesaikan sesuai atau lebih cepat dari rencana
dengan memperhatikan batasan biaya, mutu dan lingkup proyek.
Identifikasi Kegiatan
Proyek
Proses pengelolaan waktu diawali dengan mengidentifikasikan
kegiatan proyek agar komponen lingkup proyek WBS atau deliverables yang telat
ditentukan dapat terlaksana sesuai dengan jadwal. Output dari proses ini ialah
daftar kegiatan dan WBS.
Penyusunan Urutan
Kegiatan Proyek
Setelah diuraikan menjadi komponen-komponennya, lingkup
proyek disusun kembali menjadi urutan kegiatan sesuai dengan logika
ketergantungan. Output dari proses ini ialah jaringan kerja proyek.
Perkiraan Waktu Proyek
Setelah terbentuk jaringan kerja masing-masing komponen
kegiatan diberikan diberikan perkiraan kurun waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan kegiatan yang bersangkutan. Output proses ini adalah jaringan kerja
yang telah memiliki kurun waktu dan perkiraan sumber daya yang diperlukan untuk
menyelesaikan kegiatan tersebut.
Penyusunan Jadwal Proyek
Jaringan kerja yang masing-masing komponen kegiatannya telah
diberi kurun waktu kemudian secara keseluruhan dianalisis dan dihitung kurun
waktu penyelesaian proyek dan milestone yang merupakan titik penting dari sudut
jadwal proyek. Output dari proses ini adalah jadwal induk, milestone dan jadwal
untuk pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
Pengendalian Waktu dan
Jadwal Proyek
Pengendalian waktu meliputi kegiatan yang berkaitan dengan
pemantauan dan pengkoreksian agar “progress” pekerjaan proyek sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan. Output dari proses ini adalah revisi jadwal
induk, milestone dan jadwal pekerjaan lapangaTeknik dan Metode
Teknik dan metode yang berkaitan dengan pengelolaan waktu atau jadwal
adalah sebagai berikut :
·
Bagan
balok dan jaringan kerja ( CPM, PERT, PDM ) untuk menyusun jadwal dan
menganalisis waktu penyelesaian proyek.
·
Data
bank dan historical record untuk memperkirakan kurun waktu komponen kegiatan.
·
Resource
leveling untuk meratakan penggunaan sumber daya.
·
Cost
and Schedule trade off untuk mencario jadwal yang ekonomis.
·
Simulasi,
misalnya analisis Monte Carlo.
·
Fast
Tracking.
Salah satu teknik spesifik untuk
pengendalian waktu proyek adalah mengelola Float atau Slack pada jaringan
kerja, serta konsep cadangan waktu (time reserved) yang diperkenalkan oleh D.
H. Bush (1991)
MANAJEMEN / PENGELOLAAN
MUTU
Pengelolaan mutu meliputi
kegiatan-kegiatan yang diperlukan agar hasil proyek memenuhu persyaratan,
kriteria dan spesifikasi yang telah ditentukan. Agar suatu produk atau sevis
hasil proyek memenuhi syarat penggunaan, diperlukan suatu proses yang panjang
dan kompleks, mulai dari mengkaji syarat yang dikehendaki oleh pemilik proyek
atau pemesan produk, menyusun program mutu dan akhirnya merencanakan dan
mengendalikan aspek mutu pada tahap implementasi atau produksi.
C. MANAJEMEN KONSTRUKSI DAN PERMASALAHANNYA
Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai
suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas.
Sehingga pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu
hasil dalam bentuk bangunan atau infrastruktur. Bangunan ini pada umumnya
mencakup pekerjaan pokok yang termasuk di dalamnya bidang teknik sipil dan
arsitektur, juga tidak jarang melibatkan disiplin lain seperti teknik industri,
teknik mesin, elektro dan sebagainya.
Manajemen proyek konstruksi adalah proses penerapan
fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan penerapan) secara
sistimatis pada suatu proyek dengan menggunkan sumber daya yang ada secara
efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal.
Manajemen Konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya
dan waktu. manajemen material dan manjemen tenaga kerja yang akan lebih
ditekankan. Hal itu dikarenakan manajemen perencanaan berperan hanya 20% dan
sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan waktu
proyek.
Manajemen konstruksi memiliki beberapa fungsi antara lain :
1.
Sebagai
Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
2.
Mengantisipasi
terjadinya perubahan kondisi lapangan yang tidak pasti dan mengatasi kendala
terbatasnya waktupelaksanaan
3.
Memantau
prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan dengan
opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan
4.
Hasil
evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap
masalah-masalah yang terjadi di lapangan
5.
Fungsi
manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baikuntuk
menganalisis performa dilapangan
Tujuan Manajemen Konstruksi
Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur
pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai
dengan persyaratan (spesification) untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu
diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu
pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan
pengawasan mutu ( Quality Control ) , pengawasan biaya ( Cost Control ) dan
pengawasan waktu pelaksanaan ( Time Control ).
Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai
tahap perencanaan, namun dapat juga pada tahap - tahap lain sesuai dengan
tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK dapat diterapkan pada
tahap - tahap proyek sebagai berikut
1.
Manajemen
Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek dengan
sistem MK, disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk
masukan - masukan dan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional
proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan,
perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek.
2.
Tim
MK sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai,
setelah suatu proyek dinyatakan layak ('feasible ") mulai dari tahap
disain.
3.
Tim
MK akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan disain sampai
proyek selesai, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan setelah tahap disain
4.
MK
berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan fungsi
pengendalian atau pengawasan, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan mulai
tahap pelaksanaan dengan menekankan pemisahan kontrak - kontrak pelaksanaan
untuk kontraktor.
Peranan Manajemen Konstruksi
Peranan MK pada tahapan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi :
1.
Agency
Construction Manajement (ACM)
Pada sistim ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak
pemilik dan berfungsi sebagai koordinator "penghubung" (interface)
antara perancangan dan pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan MK
dapat mulai dilibatkan mulai dari fase perencanaan tetapi tidak menjamin waktu
penyelesaian proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak pemilik mengadakan
ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket
pekerjaan yang telah disiapkan.
2.
Extended
Service Construction Manajemen (ESCM)
Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak kontraktor.
Apabila perencana melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan terjadi
"konflik-kepentingan" karena peninjauan terhadap proses perancangan
tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini akan
menjadi suatu kelemahan pada sistim ini Pada type yang lain kemungkinan
melakukan jasa Manajemen Konstruksi berdasarkan permintaan Pemilik ESCM/
KONTRAKTOR.
3.
Owner
Construction Management (OCM)Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian
manajemen konstruksi profesional yang bertanggungjawab terhadap manajemen
proyek yang dilaksanakan
4.
Guaranted
Maximum Price Construction Management (GMPCM)
Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil
pemilik. Disini konsultan GMPCM tidak melakukan pekerjaan konstruksi tetapi
bertanggungjawab kepada pemilik mengenai waktu, biaya dan mutu. Jadi dalam
Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini bertindak sebagai
pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).
D.
CONTOH KEGAGALAN KONSTRUKSI
Harbour Cay Condominium (March 27, 1981)
Harbour Cay Condominium adalah bangunan struktur beton bertulang
bertingkat rendah (lima lantai) yang runtuh akibat kesalahan design dan
konstruksi. Bangunan ini runtuh akibat kegagalan punch shear. Kegagalan plat
pada suatu kolom mengawali keruntuhan keseluruhan lantai lima. Lalu lantai lima
yang runtuh jatuh dan menjadi beban plat di bawahnya. Akibat kelebihan beban,
lantai empat menjadi runtuh dan begitu seterusnya hingga terjadi keruntuhan
total bangunan.
Gambar 7. Tampak Gedung Harbour Cay
Condominium
Hasil investigasi yang dilakukan menunjukkan bahwa terjadi
kesalahan design dimana:
§
syarat
ketebalan plat adalah 11 inch dimana pada gedung tersebut didesain 8 inch.
§
Ditemui
pula bahwa tulangan terlalu rapat
§
Tidak
ada perhitungan mengenai kapasitas punching shear atau geser balok
§
Tidak
dilakukan pengecekan peraturan untuk spasi penulangan kolom
§
Perhitungan
menggunakan mutu tulangan U40 namun di gambar menggunakan U60.
§
Tidak
dilakukan perhitungan actual ketebalan actual pelat berdasarkan penulangan yang
terjadi
§
Penulangan
kolom yang terlalu padat sehingga menyulitkan beton untuk mengisi keseluruhan
elemen kolom sehingga mengurangi gaya lekat tulangan dan beton
Gambar 8. Keruntuhan Gedung Harbour Cay
Condominium
Dari sisi konstruksi juga terdapat kesalahan sebagai berikut:
§
Dari
sisi konstruksi didapati pula bahwa kaki ayam untuk menopang tulangan atas
terlalu pendek sehingga mengurangi ketebalan efektif pelat lantai yang akhirnya
akan mengurangi kapasitas geser “punch”.
§
Banyak
tulangan bawah plat yang tidak terpasang melewati kolom.
§
Beberapa
tulangan vertical telah dibengkokkan selama proses fabrikasi
§
Kualitas
beton yang tidak konsisten yang sulit untuk dilakukan pengecoran yang baik
Gambar 9.
Penulangan yang Menyebabkan Ketebalan Efektif
Pelat Berkurang Lesson Learn atas keruntuhan struktur bangunan ini adalah:
§
Harus
dilakukan pengecekan kapasitas “punch shear” sesuai ketebalan actual yang akan
terjadi di lapangan untuk design flat slab
§
Ketebalan
minimum plat harus dicek terhadap defleksi dan persyaratan minimum
§
Tulangan
pelat harus masuk ke dalam kolom melewati batas tepinya untuk menghindari
keruntuhan menerus.
§
Design
bekisting dan pembongkaran bekisting yang harus memadai
§
Pekerjaan
harus distop secara keseluruhan apabila terjadi tanda-tanda keruntuhan awal.
§
Benda
uji test menggunakan field-cured test cylinder (benda uji yang dirawat di
lapangan)
E.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa kesalahan konstruksi banyak terjadi pada
proses pelaksanaan, namun itu juga diakaibatkan oleh proses perencanaan yang
kurang matang.
SUMBER :