Revitalisasi Museum Bank Indonesia
I.
PENDAHULUAN
Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral
merupakan lembaga yang sangat vital dalam kehidupan perekonomian nasional
karena kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh BI akan memiliki dampak yang
langsung dirasakan oleh masyarakat. BI, yang didirikan pada tanggal 1 Juli
1953, telah lebih dari setengah abad melayani kepentingan bangsa. Namun, masih
banyak masyarakat yang tidak mengenal BI, apalagi memahami kebijakan-kebijakan
yang pernah diambilnya, sehingga seringkali terjadi salah persepsi masyarakat
terhadap BI. Masyarakat sering memberikan penilaian negatif terhadap BI karena
tidak cukup tersedianya data atau informasi yang lengkap dan akurat yang dapat
diakses dan dipahami dengan mudah oleh masyarakat.
Usia setengah abad lebih ini akan semakin
panjang lagi apabila diperhitungkan juga peran dari pendahulunya, yaitu De
Javasche Bank (DJB) yang didirikan pada tahun 1828 atau 177 tahun yang lalu.
Sementara itu, gedung BI Kota yang dulu dibangun dan digunakan oleh DJB,
kemudian dilanjutkan pemakaiannya oleh BI dan saat ini praktis kosong tidak
digunakan lagi, merupakan gedung yang mempunyai nilai sejarah tinggi yang
terancam kerusakan apabila tidak dimanfaatkan dan dilestarikan. Pemerintah
telah menetapkan bangunan tersebut sebagai bangunan cagar budaya. Di samping
itu, BI juga memiliki benda-benda dan dokumen-dokumen bersejarah yang perlu
dirawat dan diolah untuk dapat memberikan informasi yang sangat berguna bagi
masyarakat.
Dilandasi oleh keinginan untuk dapat
memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai peran BI dalam perjalanan
sejarah bangsa, termasuk memberikan pemahaman tentang latar belakang serta
dampak dari kebijakan-kebijakan BI yang diambil dari waktu ke waktu secara
objektif, Dewan Gubernur BI telah memutuskan untuk membangun Museum Bank
Indonesia dengan memanfaatkan gedung BI Kota yang perlu dilestarikan.
Pelestarian gedung BI Kota tersebut sejalan dengan kebijakan Pemerintah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta yang telah mencanangkan daerah Kota sebagai daerah
pengembangan kota lama Jakarta. Bahkan, BI diharapkan menjadi pelopor dari
pemugaran/revitalisasi gedung-gedung bersejarah di daerah Kota.
II.
PEMBAHASAN
A. Museum
Bank Indonesia
Museum ini menyajikan informasi peran
Bank Indonesia dalam perjalanan sejarah bangsa yang dimulai sejak sebelum
kedatangan bangsa barat di Nusantara hingga terbentuknya Bank Indonesia pada
tahun 1953 dan kebijakan-kebijakan Bank Indonesia, meliputi pula latar belakang
dan dampak kebijakan Bank Indonesia bagi masyarakat sampai dengan tahun 2005.
Penyajiannya dikemas sedemikian
rupa dengan memanfaatkan
teknologi modern dan
multi media, seperti display
elektronik, panel statik, televisi plasma, dan diorama sehingga menciptakan kenyamanan
pengunjung dalam menikmati
Museum Bank Indonesia. Selain itu
terdapat pula fakta dan koleksi benda bersejarah pada masa sebelum terbentuknya
Bank Indonesia, seperti pada masa kerajaan-kerajaan Nusantara, antara lain
berupa koleksi uang numismatik yang ditampilkan juga secara menarik.
Peresmian Museum Bank Indonesia
dilakukan melalui dua tahap, yaitu peresmian
tahap I dan
mulai dibuka untuk
masyarakat (soft opening)
pada tanggal 15 Desember 2006 oleh Gubernur Bank Indonesia saat itu,
Burhanuddin Abdullah, dan peresmian tahap II (grand opening) oleh Presiden RI
Susilo Bambang Yudhoyono, pada tanggal 21 Juli 2009. Museum Bank Indonesia buka
setiap hari kecuali Senin dan hari libur nasional dan mengunjunginya tidak
dipungut biaya. (hasil survey ke bank indonesia).
B. Revitalisasi
Museum Bank Indonesia
Revitalisasi merupakan upaya untuk
memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah
vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala
revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan
mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan
revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan
(sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat) (Danisworo, 2002).
Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian
keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi
masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi
perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar
ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi
masyarakat, Selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di
lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti luas (Laretna, 2002).
Awal mulanya bangunan objek wisata
Museum Bank Indonesia adalah sebuah rumah sakit umum yang bernama Binnen
Hospitaal, hingga pada sekitar tahun 1828, bangunan tersebut di ubah fungsinya
menjadi tempat penyimpanan uang atau Bank dengan nama De Javashe Bank. Selama
satu abad berlangsung, tepatnya pada tahun 1953 setelah 9 tahun kemerdekaan
Republik Indonesia, bangunan DJB di tetapkan sebagai Bank Sentral Indonesia
atau yang lebih dikenal sebagai Bank Indonesia. Selang 9 tahun kemudian yaitu
pada tahun 1962, pemerintah Indonesia kemudian memindahkan Bank Indonesia
tersebut ke lokasi baru dan lebih strategis, sehingga tempat BI yang dahulu
mejadi kosong tanpa di gunakan untuk keperluaan yang penting. Akhirnya pada tahun
2006 Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah meresmikan bangunan kosong
tersebut sebagai Museum Bank Indonesia yang dapat di akses secara mudah oleh
masyarakat umum.
Dilandasi dengan keinginan untuk dapat
memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai peran BI dalam perjalanan
sejarah bangsa, termasuk memberikan pemahaman tentang latar belakang serta
dampak dari kebijakan-kebijakan BI yang diambil dari waktu ke waktu secara
objektif, Dewan Gubernur BI telah memutuskan untuk membangun Museum Bank
Indonesia dengan memanfaatkan gedung BI Kota yang perlu dilestarikan.
Pelestarian gedung BI Kota tersebut sejalan dengan kebijakan Pemerintah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta yang telah mencanangkan daerah Kota sebagai daerah
pengembangan kota lama Jakarta. Bahkan, BI di harapkan menjadi pelopor dari
pemugaran/revitalisasi gedung-gedung bersejarah di daerah Kota.
Hal inilah yang antara lain menjadi
pertimbangan munculnya gagasan akan pentingnya keberadaan Museum Bank
Indonesia, yang diharapkan menjadi suatu lembaga tempat mengumpulkan,
menyimpan, merawat, mengamankan, dan memanfaatkan aneka benda yang berkaitan
dengan perjalanan panjang BI. Saat ini memang telah ada beberapa museum yang
keberadaannya mempunyai kaitan dengan sejarah BI, namun museum-museum tersebut
masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Selain itu, gagasan
untuk mewujudkan Museum Bank Indonesia juga diilhami oleh adanya beberapa
museum bank sentral di negara lain, sebagai sebuah lembaga yang menyertai
keberadaan bank sentral itu sendiri. Akhirnya pada tahun 2006 Gubernur Bank
Indonesia, Burhanuddin Abdullah meresmikan bangunan kosong tersebut sebagai
Museum Bank Indonesia yang dapat di akses secara mudah oleh masyarakat umum.
Perubahan yang ada pada Museum Bank Indonesia
antara lain adalah, bagian lantai pertama yang sebelumnya adalah rumah sakit
dan kantor dirubah menjadi cafe dan kantor pengelola. Bagian yang sebelumnya
ruang-ruang sebagai tempat transaksi uang sebagaiannya telah menjadi loket
tempat penjualan tiket, dan sisa dari ruang-ruang transaksi dibiarkan kosong
sebagai koleksi dari Museum Bank Indonesia.
Menurut buku konsep penyajian museum alur
pengunjung dan penanda arah adalah proses kerja perencanaan pada fase
konseptual. Disamping untuk ruang pamer dalam (interior) alur ini juga berlaku
untuk penataan luar (exterior) yang dalam perencanaannya harus dikaji secara
holistik atau terpadu. Ada beberapa hal utama yang harus diperhatikan dalam
penyusunan gagasan pola alur penyajian dan alur pengunjung, yaitu:
ü
Alur
Sirkulasi, mulai dari pintu masuk hingga pintu keluar
ü
Konsep
dan Besaran ruang
ü
Material
(bahan bangunan), tekstur dan warna yang digunakan (textual dan visual concept)
Dalam membuat museum salah satu yang
harus diperhatikan adalah besaran ruang dan sirkulasi pada museum tersebut
sehingga pengunjung yang ingin masuk tidak harus menunggu pengunjung yang
didalam museum keluar terlebih dahulu atau terjadinya penumpukan pengunjung.
Karena bangunan museum BI adalah bangunan hasil revitalisasi dari bangunan
rumah sakit dan kantor, maka terdapat adanya masalah yaitu ruangan dan
sirkulasi yang tidak memenuhi standar ketentuan dalam pembuatan museum. Untuk
konsep yang disajikan pada Museum BI sudah cukup baik artinya sesuai dengan
konsep penyajian museum, menurut pendekatan konsep alur penyajian, Museum BI
ini menggunakan pendekatan taksonomik, yaitu lebih menekankan pada penyajian
koleksi yang memiliki kesamaan jenis serta berdasarkan kualitas, kegunaan,
gaya, periode, dan pembuat. Menurut textual dan visual konsepnya museum BI ini
memiliki gaya arsitektur neo-klasikal, dapat dikatakan neo-klasikal karena
bangunan Museum BI memiliki ciri bentuk bangunannya yang simetris, temboknya
dibuat dengan ukuran tebal, plafonnya yang tinggi, dan lantainya terbuat dari marmer.
Meskipun bangunannya tua, bangunan tetap terlihat indah dan terawat karena
bangunan tersebut termasuk kedalam kategori bangunan Cagar Budaya. Kebersihan
pada fasad bangunan pun juga terjaga walaupun berada di lingkungan yang
memiliki tingkat polusi yang tinggi.
C. Aktivitas
di Museum Bank Indonesia
a. Jelajah
Museum
Jelajah Museum adalah salah satu program
bagi masyarakat guna memberikan informasi mengenai fungsi dan peran Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral di Indonesia, sekaligus wahana rekreasi yang
edukatif. Sambil menyusuri bangunan arsitektur yang bersejarah ini, pengunjung
akan diajak untuk memahami perjalanan Bank Indonesia dari masa ke masa. Untuk
mengikuti acara ini peserta wajib mendaftarkan diri terlebih dahulu.
b.
Forum
Diskusi
Untuk membekali pengetahuan masyarakat
mengenai fungsi dan peran Bank Indonesia sebagai bank sentral, Museum Bank
Indonesia menyelenggarakan Forum Diskusi. Dalam acara ini Anda bisa bertukar
pikiran dan mendapatkan informasi yang akurat mengenai perkembangan
kebijakan-kebijakan terkini Bank Indonesia. Acara ini terbuka untuk mahasiswa
dan umum.
c.
Ragam
Interaksi
Museum
Bank Indonesia mengundang
pecinta gedung tua,
peneliti sejarah, pecinta museum,
komunitas seni budaya, sanggar belajar dan bermain anak-anak serta berbagai
komunitas independen lainnya untuk bekerjasama mengadakan beragam acara
menarik seperti jalan-jalan
Kota Tua, pentas
musik sore, pemutaran film,
peluncuran buku, atau pun lomba menggambar.
d.
Galeri
Budaya
Dalam rangka mengembangkan sikap kritis terhadap
nilai-nilai seni dan budaya serta menumbuhkan iklim apresiasi, Museum Bank
Indonesia menyelenggarakan program edukatif-kultural Galeri Budaya. Museum Bank
Indonesia mengundang berbagai pihak untuk bekerjasama merealisasikan program
ini dalam bentuk kegiatan pameran temporer, baik yang berskala nasional maupun
internasional.
D. ILUSTRASI KASUS
Gambar 1.
Gambar 1. Merupakan denah lantai 1 Museum Bank
Indonesia yang terdiri dari beberapa ruang diantaranya :
1) Pintu masuk belakang
2) Ruang serba guna
3) Ruang gelar budaya
4) Ruang jeda
5) Ruang penerbitan & pengedaran uang
6) Ruang perpustakaan
Gambar 2.
Gambar 2. Merupakan denah lantai 2 Museum Bank
Indonesia yang terdiri dari beberapa ruangan diantaranya :
1)
|
Pintu masuk utama
|
15) Ruang sejarah BI
periode-6
|
2)
|
Ruang penitipan barang
|
16) Ruang jeda &
children corner
|
3)
|
Ruang manager
|
17) Ruang direktur
|
4)
|
Ruang lobby hall & loket
|
18) Ruang gubernur
|
5)
|
Ruang pelayanan pengunjung
|
19) Ruang meeting
|
6)
|
Ruang peralihan
|
20) Ruang gelar budaya
|
7)
|
Ruang theater
|
21) Ruang inspirasi
|
8)
|
Ruang informasi BI
|
22) Ruang jeda &
children corner
|
9)
|
Ruang sejarah pra BI
|
23) Ruang numismatik
|
10)
|
Ruang sejarah BI
periode-1
|
24) Ruang BI future
|
11)
|
Ruang sejarah BI
periode-2
|
25) Ruang kerja
|
12)
|
Ruang sejarah BI
periode-3
|
26) Ruang emas
|
13)
|
Ruang sejarah BI
periode-4
|
27) Ruang souvenir
|
14)
|
Ruang sejarah BI
periode-5
|
Gambar 3.
Gambar 3. Merupakan ruang loket pengelola tiket
yang dulu fungsinya adalah sebagai ruang transaksi uang.
Gambar 4.
Gambar 4. Merupakan ruangan yang masih menjadi
bagian dari ruang lobby penerimaan.
Gambar 5.
Gambar 5. Merupakan bagian eksterior ( depan,
samping dan belakang ) Museum Bank Indonesia. Arsitektur Neo-klasik tetap
dipertahankan seperti awal mula gedung ini dibangun sebagai Rumah Sakit dan
Kantor.
E. PENUTUP/KESIMPULAN
ü
Keuntungan
Museum BI ini adalah edukatif dan rekreatif. Beberapa media interaktif yang
digunakan dalam museum tersebut mencoba menjelaskan beberapa pengetahuan
perbankan dan moneter yang cukup rumit untuk dimengerti oleh masyarakat awam.
Adanya game dengan media teknologi yang canggih, maka materi yang disampaikan
oleh musum BI ini dapat membantu untuk lebih dimengerti.
ü
Kekurangan
Museum BI ini adalah ruangan dan sirkulasi yang tidak sesuai standar ketentuan
penyajian museum sehingga, pengunjung yang ingin masuk harus menunggu
pengunjung yang didalam untuk keluar. Hal ini terjadi selain bangunan yang
dulunya rumah sakit dan kantor, faktor lainnya adalah banyaknya pengunjung yang
tetarik dengan area kota tua, sehingga Museum BI ini menjadi bangunan yang
wajib dikunjungi ketika berada di daerah Kota Tua, Jakarta.
F. DAFTAR PUSTAKA
G. LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar