Rabu, 07 Juni 2017

KONSERVASI ARSITEKTUR (II)

Revitalisasi Museum Bank Indonesia

I.             PENDAHULUAN
Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral merupakan lembaga yang sangat vital dalam kehidupan perekonomian nasional karena kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh BI akan memiliki dampak yang langsung dirasakan oleh masyarakat. BI, yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1953, telah lebih dari setengah abad melayani kepentingan bangsa. Namun, masih banyak masyarakat yang tidak mengenal BI, apalagi memahami kebijakan-kebijakan yang pernah diambilnya, sehingga seringkali terjadi salah persepsi masyarakat terhadap BI. Masyarakat sering memberikan penilaian negatif terhadap BI karena tidak cukup tersedianya data atau informasi yang lengkap dan akurat yang dapat diakses dan dipahami dengan mudah oleh masyarakat.
Usia setengah abad lebih ini akan semakin panjang lagi apabila diperhitungkan juga peran dari pendahulunya, yaitu De Javasche Bank (DJB) yang didirikan pada tahun 1828 atau 177 tahun yang lalu. Sementara itu, gedung BI Kota yang dulu dibangun dan digunakan oleh DJB, kemudian dilanjutkan pemakaiannya oleh BI dan saat ini praktis kosong tidak digunakan lagi, merupakan gedung yang mempunyai nilai sejarah tinggi yang terancam kerusakan apabila tidak dimanfaatkan dan dilestarikan. Pemerintah telah menetapkan bangunan tersebut sebagai bangunan cagar budaya. Di samping itu, BI juga memiliki benda-benda dan dokumen-dokumen bersejarah yang perlu dirawat dan diolah untuk dapat memberikan informasi yang sangat berguna bagi masyarakat.
Dilandasi oleh keinginan untuk dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai peran BI dalam perjalanan sejarah bangsa, termasuk memberikan pemahaman tentang latar belakang serta dampak dari kebijakan-kebijakan BI yang diambil dari waktu ke waktu secara objektif, Dewan Gubernur BI telah memutuskan untuk membangun Museum Bank Indonesia dengan memanfaatkan gedung BI Kota yang perlu dilestarikan. Pelestarian gedung BI Kota tersebut sejalan dengan kebijakan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang telah mencanangkan daerah Kota sebagai daerah pengembangan kota lama Jakarta. Bahkan, BI diharapkan menjadi pelopor dari pemugaran/revitalisasi gedung-gedung bersejarah di daerah Kota.

II.            PEMBAHASAN
A.   Museum Bank Indonesia
Museum ini menyajikan informasi peran Bank Indonesia dalam perjalanan sejarah bangsa yang dimulai sejak sebelum kedatangan bangsa barat di Nusantara hingga terbentuknya Bank Indonesia pada tahun 1953 dan kebijakan-kebijakan Bank Indonesia, meliputi pula latar belakang dan dampak kebijakan Bank Indonesia bagi masyarakat sampai dengan tahun 2005. Penyajiannya dikemas sedemikian  rupa  dengan  memanfaatkan  teknologi  modern  dan  multi  media, seperti display elektronik, panel statik, televisi plasma, dan diorama sehingga menciptakan   kenyamanan   pengunjung   dalam   menikmati   Museum   Bank Indonesia. Selain itu terdapat pula fakta dan koleksi benda bersejarah pada masa sebelum terbentuknya Bank Indonesia, seperti pada masa kerajaan-kerajaan Nusantara, antara lain berupa koleksi uang numismatik yang ditampilkan juga secara menarik.
Peresmian Museum Bank Indonesia dilakukan melalui dua tahap, yaitu peresmian  tahap  I  dan  mulai  dibuka  untuk  masyarakat  (soft  opening)  pada tanggal 15 Desember 2006 oleh Gubernur Bank Indonesia saat itu, Burhanuddin Abdullah, dan peresmian tahap II (grand opening) oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, pada tanggal 21 Juli 2009. Museum Bank Indonesia buka setiap hari kecuali Senin dan hari libur nasional dan mengunjunginya tidak dipungut biaya. (hasil survey ke bank indonesia).

B.   Revitalisasi Museum Bank Indonesia
Revitalisasi merupakan upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat) (Danisworo, 2002). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, Selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti luas (Laretna, 2002).
Awal mulanya bangunan objek wisata Museum Bank Indonesia adalah sebuah rumah sakit umum yang bernama Binnen Hospitaal, hingga pada sekitar tahun 1828, bangunan tersebut di ubah fungsinya menjadi tempat penyimpanan uang atau Bank dengan nama De Javashe Bank. Selama satu abad berlangsung, tepatnya pada tahun 1953 setelah 9 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, bangunan DJB di tetapkan sebagai Bank Sentral Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai Bank Indonesia. Selang 9 tahun kemudian yaitu pada tahun 1962, pemerintah Indonesia kemudian memindahkan Bank Indonesia tersebut ke lokasi baru dan lebih strategis, sehingga tempat BI yang dahulu mejadi kosong tanpa di gunakan untuk keperluaan yang penting. Akhirnya pada tahun 2006 Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah meresmikan bangunan kosong tersebut sebagai Museum Bank Indonesia yang dapat di akses secara mudah oleh masyarakat umum.
Dilandasi dengan keinginan untuk dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai peran BI dalam perjalanan sejarah bangsa, termasuk memberikan pemahaman tentang latar belakang serta dampak dari kebijakan-kebijakan BI yang diambil dari waktu ke waktu secara objektif, Dewan Gubernur BI telah memutuskan untuk membangun Museum Bank Indonesia dengan memanfaatkan gedung BI Kota yang perlu dilestarikan. Pelestarian gedung BI Kota tersebut sejalan dengan kebijakan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang telah mencanangkan daerah Kota sebagai daerah pengembangan kota lama Jakarta. Bahkan, BI di harapkan menjadi pelopor dari pemugaran/revitalisasi gedung-gedung bersejarah di daerah Kota.
Hal inilah yang antara lain menjadi pertimbangan munculnya gagasan akan pentingnya keberadaan Museum Bank Indonesia, yang diharapkan menjadi suatu lembaga tempat mengumpulkan, menyimpan, merawat, mengamankan, dan memanfaatkan aneka benda yang berkaitan dengan perjalanan panjang BI. Saat ini memang telah ada beberapa museum yang keberadaannya mempunyai kaitan dengan sejarah BI, namun museum-museum tersebut masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Selain itu, gagasan untuk mewujudkan Museum Bank Indonesia juga diilhami oleh adanya beberapa museum bank sentral di negara lain, sebagai sebuah lembaga yang menyertai keberadaan bank sentral itu sendiri. Akhirnya pada tahun 2006 Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah meresmikan bangunan kosong tersebut sebagai Museum Bank Indonesia yang dapat di akses secara mudah oleh masyarakat umum.
Perubahan yang ada pada Museum Bank Indonesia antara lain adalah, bagian lantai pertama yang sebelumnya adalah rumah sakit dan kantor dirubah menjadi cafe dan kantor pengelola. Bagian yang sebelumnya ruang-ruang sebagai tempat transaksi uang sebagaiannya telah menjadi loket tempat penjualan tiket, dan sisa dari ruang-ruang transaksi dibiarkan kosong sebagai koleksi dari Museum Bank Indonesia.
Menurut buku konsep penyajian museum alur pengunjung dan penanda arah adalah proses kerja perencanaan pada fase konseptual. Disamping untuk ruang pamer dalam (interior) alur ini juga berlaku untuk penataan luar (exterior) yang dalam perencanaannya harus dikaji secara holistik atau terpadu. Ada beberapa hal utama yang harus diperhatikan dalam penyusunan gagasan pola alur penyajian dan alur pengunjung, yaitu:
ü  Alur Sirkulasi, mulai dari pintu masuk hingga pintu keluar
ü  Konsep dan Besaran ruang
ü  Material (bahan bangunan), tekstur dan warna yang digunakan (textual  dan visual concept)
Dalam membuat museum salah satu yang harus diperhatikan adalah besaran ruang dan sirkulasi pada museum tersebut sehingga pengunjung yang ingin masuk tidak harus menunggu pengunjung yang didalam museum keluar terlebih dahulu atau terjadinya penumpukan pengunjung. Karena bangunan museum BI adalah bangunan hasil revitalisasi dari bangunan rumah sakit dan kantor, maka terdapat adanya masalah yaitu ruangan dan sirkulasi yang tidak memenuhi standar ketentuan dalam pembuatan museum. Untuk konsep yang disajikan pada Museum BI sudah cukup baik artinya sesuai dengan konsep penyajian museum, menurut pendekatan konsep alur penyajian, Museum BI ini menggunakan pendekatan taksonomik, yaitu lebih menekankan pada penyajian koleksi yang memiliki kesamaan jenis serta berdasarkan kualitas, kegunaan, gaya, periode, dan pembuat. Menurut textual dan visual konsepnya museum BI ini memiliki gaya arsitektur neo-klasikal, dapat dikatakan neo-klasikal karena bangunan Museum BI memiliki ciri bentuk bangunannya yang simetris, temboknya dibuat dengan ukuran tebal, plafonnya yang tinggi, dan lantainya terbuat dari marmer. Meskipun bangunannya tua, bangunan tetap terlihat indah dan terawat karena bangunan tersebut termasuk kedalam kategori bangunan Cagar Budaya. Kebersihan pada fasad bangunan pun juga terjaga walaupun berada di lingkungan yang memiliki tingkat polusi yang tinggi.

C.   Aktivitas di Museum Bank Indonesia
           a.    Jelajah Museum
Jelajah Museum adalah salah satu program bagi masyarakat guna memberikan informasi mengenai fungsi dan peran Bank Indonesia sebagai Bank Sentral di Indonesia, sekaligus wahana rekreasi yang edukatif. Sambil menyusuri bangunan arsitektur yang bersejarah ini, pengunjung akan diajak untuk memahami perjalanan Bank Indonesia dari masa ke masa. Untuk mengikuti acara ini peserta wajib mendaftarkan diri terlebih dahulu.
b.    Forum Diskusi
Untuk membekali pengetahuan masyarakat mengenai fungsi dan peran Bank Indonesia sebagai bank sentral, Museum Bank Indonesia menyelenggarakan Forum Diskusi. Dalam acara ini Anda bisa bertukar pikiran dan mendapatkan informasi yang akurat mengenai perkembangan kebijakan-kebijakan terkini Bank Indonesia. Acara ini terbuka untuk mahasiswa dan umum.
c.     Ragam Interaksi
Museum  Bank  Indonesia  mengundang  pecinta  gedung  tua,  peneliti  sejarah, pecinta museum, komunitas seni budaya, sanggar belajar dan bermain anak-anak serta berbagai komunitas independen lainnya untuk bekerjasama mengadakan beragam  acara  menarik  seperti  jalan-jalan  Kota  Tua,  pentas  musik  sore, pemutaran film, peluncuran buku, atau pun lomba menggambar. 
d.    Galeri Budaya
Dalam rangka mengembangkan sikap kritis terhadap nilai-nilai seni dan budaya serta menumbuhkan iklim apresiasi, Museum Bank Indonesia menyelenggarakan program edukatif-kultural Galeri Budaya. Museum Bank Indonesia mengundang berbagai pihak untuk bekerjasama merealisasikan program ini dalam bentuk kegiatan pameran temporer, baik yang berskala nasional maupun internasional.

      D.   ILUSTRASI KASUS
Gambar 1.
Gambar 1. Merupakan denah lantai 1 Museum Bank Indonesia yang terdiri dari beberapa ruang diantaranya :
1)   Pintu masuk belakang
2)   Ruang serba guna
3)   Ruang gelar budaya
4)   Ruang jeda
5)   Ruang penerbitan & pengedaran uang
6)   Ruang perpustakaan


Gambar 2.
Gambar 2. Merupakan denah lantai 2 Museum Bank Indonesia yang terdiri dari beberapa ruangan diantaranya :
1)
Pintu masuk utama
15) Ruang sejarah BI periode-6
2)
Ruang penitipan barang
16) Ruang jeda & children corner
3)
Ruang manager
17) Ruang direktur
4)
Ruang lobby hall & loket
18) Ruang gubernur
5)
Ruang pelayanan pengunjung
19) Ruang meeting
6)
Ruang peralihan
20) Ruang gelar budaya
7)
Ruang theater
21) Ruang inspirasi
8)
Ruang informasi BI
22) Ruang jeda & children corner
9)
Ruang sejarah pra BI
23) Ruang numismatik
10)
Ruang sejarah BI periode-1
24) Ruang BI future
11)
Ruang sejarah BI periode-2
25) Ruang kerja
12)
Ruang sejarah BI periode-3
26) Ruang emas
13)
Ruang sejarah BI periode-4
27) Ruang souvenir
14)
Ruang sejarah BI periode-5


          

Gambar 3.
Gambar 3. Merupakan ruang loket pengelola tiket yang dulu fungsinya adalah sebagai ruang transaksi uang.

          
Gambar 4.
Gambar 4. Merupakan ruangan yang masih menjadi bagian dari ruang lobby penerimaan.

           

           

           

           
Gambar 5.
Gambar 5. Merupakan bagian eksterior ( depan, samping dan belakang ) Museum Bank Indonesia. Arsitektur Neo-klasik tetap dipertahankan seperti awal mula gedung ini dibangun sebagai Rumah Sakit dan Kantor.

     E.   PENUTUP/KESIMPULAN
ü  Keuntungan Museum BI ini adalah edukatif dan rekreatif. Beberapa media interaktif yang digunakan dalam museum tersebut mencoba menjelaskan beberapa pengetahuan perbankan dan moneter yang cukup rumit untuk dimengerti oleh masyarakat awam. Adanya game dengan media teknologi yang canggih, maka materi yang disampaikan oleh musum BI ini dapat membantu untuk lebih dimengerti.
ü  Kekurangan Museum BI ini adalah ruangan dan sirkulasi yang tidak sesuai standar ketentuan penyajian museum sehingga, pengunjung yang ingin masuk harus menunggu pengunjung yang didalam untuk keluar. Hal ini terjadi selain bangunan yang dulunya rumah sakit dan kantor, faktor lainnya adalah banyaknya pengunjung yang tetarik dengan area kota tua, sehingga Museum BI ini menjadi bangunan yang wajib dikunjungi ketika berada di daerah Kota Tua, Jakarta.

     F.   DAFTAR PUSTAKA

G. LAMPIRAN













Tidak ada komentar:

Posting Komentar